Sabtu, 19 November 2016
SINOPSIS DAN PEMBAHASAN FILM "PATCH ADAMS"
Patch Adams mengalami depresi berat karena orang tuanya meninggal dunia, sehingga membuat patch adams mengalami putus asa dan mencoba untuk bunuh diri dan akhirnya Patch Adams pun divonis mengalami gangguan jiwa lalu dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Virginia tepatnya di Rumah Sakit Fairfax. Setelah beberapa hari di rumah sakit Fairfax, adam pun mencoba untuk melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Pada malam hari, Patch Adams bertemu dengan pria tua –Arthur- yang mengalami sindrom kejeniusan, yang berprofesi sebagai ilmuan yang sedang mencoba membuktikan penemuan barunya untuk masyarakat karena tak kunjung terbukti secara empiris hingga stress, kemudian mengalami gangguan jiwa. Lalu Patch Adams berdiskusi dengan sang Arthur dan kemudian adams pun diajarkan mengenai “Metode Berfikir Secara Potensial” agar dapat menemukan rahasia alam kemudian sang arthur mencoba memprakikkan penemuannya kepada Patch Adams, dari sinilah Patch Adams percaya bahwa sang arthur benar-benar luar biasa dan tidak mengalami gangguan jiwa.
Rabu, 05 Oktober 2016
Profesionalisme dan Etika dalam Hospitality
Persaingan yang ketat di dalam dunia kerja khususnya bidang hospitality membuat setiap individu diharuskan bersikap profesional. Hanya individu dengan pemahaman yang kuat serta memiliki profesionalisme yang akan memenangkan persaingan di dalam dunia kerja.
Sebetulnya meski tanpa persaingan, dunia kerja itu sendiri menuntut seseorang bersikap profesional. Bahkan perusahaan berani bayar mahal untuk orang-orang yang profesional dalam bekerja. Semakin hari dunia semakin mengakui bahwa profesionalisme dapat meningkatkan kualitas seorang pekerja. Apa pun profesinya, sikap profesional seorang pekerja menjadi hal yang utama
Pada hakikatnya seorang yang profesional memiliki tiga ciri, antara lain:
- Pekerjaan yang dilakukan seorang yang profesional itu semata-mata sebagai entitas diri demi profesi yang dijalani.
- Seorang yang profesional melakukan pekerjaannya dengan memperhatikan segala aspek, baik teknis maupun non-teknis.
- Mengacu pada sebuah kode etik yang ada dan sikap dalam memperbaiki kesalahan.
Yang dimaksud profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarkat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan profesionalisme:
- Pengetahuan (Knowledge)
- Kemampuan (Ability)
- Keterampilan (Skill)
- Sikap (Attitude)
- Kebiasaan (Habit)
Seseorang yang memiliki profesionalisme dalam bekerja senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Seseorang yang memiliki profesionalisme dalam bekerja akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya, baik terhadap pekerjaan maupun lingkungan kerja.
Pentingnya profesionalisme dalam bekerja mengharuskan seseorang untuk mengubah pola pikir ke arah yang lebih baik, bahkan terus lebih baik. Tanpa profesionalisme sebuah institusi, sebuah organisasi, sebuah perusahaan tidak akan bertahan lama, karena profesionalisme inilah yang menghidupkan segala aktivitas di perusahaan.
profesionalisme sangat diperlukan dalam menjalani berbagai macam profesi dalam berbagai bidang seperti Hospitality dan pelayanan
Salah satu kasus yang ditimbulkan oleh sikap pekerja yang tidak profesional seperti yang dialami oleh salah satu hotel di Jakarta. Salah satu pengunjung melaporkan pegawai hotel karena tidak terima atas perlakuan pegawai hotel yang masuk kamar tanpa izin. Pegawai hotel yang terdiri dari dua orang tersebut bermaksud untuk menanyakan perpanjangan kamar dengan menemui tamu secara langsung. Padahal 15 menit yang lalu tamu sudah mengkonfirmasi masalah tersebut melalui telepon. Kejadian tersebut kembali terulang saat tamu kembali menginap di hotel tersebut. Saat itu seorang pegawai hotel masuk ke kamar dengan menggunakan "Master Key". Karena kaget, tamu spontan berteriak histeris. Atas dua kali kejadian tersebut, tamu pun sempat mendatangi Manager On Duty atas ketidaknyamananya. Namun, tamu justru tidak mendapat jawaban baik dan permintaan maaf dari pihak hotel.
Masalah tersebut sebenarnya bukan masalah besar. Akan tetapi kesalahan yang dilakukan pegawai tersebut cukup fatal, dimana mereka masuk dengan begitu saja masuk ke kamar tamu yang mungkin memiliki privasi tersendiri. Hal ini tentu saja sudah melanggar kode etik dari industri perhotelan itu sendiri. Ditambah lagi pihak hotel yang tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap komplain yang disampaikan oleh tamu, semakin merusak citra hotel itu sendiri.
Menurut saya, para staff dari hotel itu masih belum memahami secara mendalam bidang profesi yang mereka jalani saat ini. Oleh sebab itu seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, bahwa profesionalisma sangat dibutuhkan dalam menjalani profesi. Pihak hotel sebaiknya memberikan pelatihan yang lebih mendalam kepada para pegawainya agar mereka lebih bisa bersikap lebih profesional dalam bekerja serta mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan baik kecil maupun besar. Pihak hotel juga dituntut untuk melakukan evaluasi ketat terhadap pegawai-pegawainya yang melakukan kesalahan sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama untuk selanjutnya.
Tidak hanya faktor eksternal seperti di atas. Faktor internal dari masing-masing individu juga sangat diperlukan. Karena tanpa adanya kemauan dan niat yang kuat serta rasa cinta terhadap profesi yang dijalankan akan berdampak pada perusahaan maupun individu masing-masing.
Jumat, 30 September 2016
Perkembangan Bisnis Perhotelan dan Pariwisata di Indonesia
Bisnis pariwsiata di Indonesia cukup potensial mengingat Indonesia secara alami memiliki bayak potensi keindahan alam, keragaman dan keunikan budaya dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa perkembangan bisnis perhotelan dan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini bisa dilihat berdasarkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di Indonesia dan pertumbuhan industri pariwisata termask bertumbuhnya jumlah hotel di Indonesia. Banyaknya investor yang melakukan penetrasi dengan membangun hotel berjejaring juga bisa menjadi indikator bersama dengan tingkat hunian di masing-masing hotel tersebut.
Secara umum bisa dikatakan bahwa tingkat hunian atau occupancy rate untuk hotel kelas ekonomi berada di kisaran 70% dan untuk kelas menengah berada di kisaran 80%. Angka ini bukan hanya didorong oleh jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara namun juga karena dukungan pemerintah setempat yang menyelenggarakan beberapa event di hotel tersebut sepeti seminar, rapat, lokakarya dan kegiatan MICE lainnya.
Selama tahun 2014 banyak pihak yang dulunya skeptik bahwa industri pariwisata dan perhotelan di indonesia akan tetap stabil mengingat Indonesia memiliki agenda nasional seperti Pileg dan Pilpres. Beberapa pihak sempat mengkhawatirkan adanya issue keamanan yang akan berdampak pada stabilitas industri pariwisata dan perhotelan namun ternyata prediksi tersebut meleset karena terbukti secara keseluruhan Indonesia berada dalam keadaan aman sehingga industri pariwisata dan perhotelan tetap stabil, beberapa bahkan memprediksi bahwa iklim investasi di industri pariwisata dan perhotelan untuk tahun depan akan lebih baik dari tahun ini.
Hal di atas tentu merupakan sebuah peluang besar bagi para jobseekers terutama insan pariwisata. Pemilihan karyawan merupakan hal yang penting dalam membangun kualitas suatu hotel. Terbukti, hotel hanya mau memperkerjakan karyawan yang tidak hanya paham, namun alhi dalam bidangnya. Ditambah dengan sudah terbukanya World Trade serta Masyarakat Ekonomi ASEAN baru-baru ini, tidak menutup persaingan semakin ketat antar jobseeker. Dengan tidak memperdulikan jenis warga negara ataupun lingkupan regional perusahaan, pekerja yang dibutuhkan hanya benar-benar dilihat dari keahliannya dalam menguasai suatu bidang yang ingin diambilnya. Banyak penduduk negara-negara maju yang mulai merambah ke negara-negara berkembang untuk mengambil alih peran dan lowongan pekerjaan yang tersedia. Sayangnya, pihak perusahaan yang menyediakan lapangan kerja pun lebih memilih menggunakan tenaga kerja asing dibandingkan dengan tenaga kerja di negaranya sendiri. Tenaga kerja asing dilihat lebih memiliki intelektual yang tinggi serta fasih dalam berbahasa asing, terutama Bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.
Sebagai jobseeker di dunia hospitality dan pariwisata sendiri, prospek lapangan kerja kita tidak hanya mencangkup di Indonesia saja. Kita dapat mengambil alih untuk mencari lowongan kerja di luar negeri. Lalu bagaimana caranya?Kembangkanlah diri kita agar dapat sesuai bahkan lebih baik dari kualifikasi yang dibutuhkan. Sebenarnya, banyak hal yang perlu kita kembangkan. Berikut adalah keahlian-keahlian yang perlu dikembangkan sebagai seorang jobseeker bidang hospitality dan pariwisata yang berkualitas:1. Berpikir kritisKeahlian satu ini ditentukan bagaimana kita bisa berpikir logis dan punya alasan dalam setiap identifikasi mengenai kekuatan dan kelemahan suatu masalah. Mencari alternatif penyelesaian masalah, jalan keluar dan pendekatan lainnya. Akan banyak permasalahan yang akan kita hadapi sebagai karyawan di bidang hospitality dan pariwisata, salah satunya adalah dalam merespon keluhan tamu. Kesalahan dalam merespon keluhan dapat berdampak fatal bagi reputasi dan citra hotel di mata tamu.2. BahasaSeperti yang sudah disebutkan di atas, keahlian dalam berbahasa merupakan salah satu poin penting untuk merambah ke dunia internasional. Bahasa merupakan komponen penting dari adanya interaksi dalam berkomunikasi. Bahasa Inggris seharusnya sudah merupakan hal yang mutlak yang harus difasihkan oleh kita. Selain itu ada beberapa bahasa yang sudah menjadi bahasa internasional seperti Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, Bahasa Prancis, dan Bahasa Spanyol.3. Kemampuan menyelesaikan masalahDisarankan kita memiliki kemampuan yang baik dalam mengindentifikasi masalah. Ini berkaitan dengan bagaimana kita mengembangkan pengetahuan dan kritis dalam mengevaluasi penyelesaian dari masalah. Sebagai karyawan hospitality, kita dituntut dapat sigap dalam menangani masalah tanpa terlalu sering membebankan masalah kepada atasan.4. Pendengar yang baikSebagai karyawan hospitality, memberi perhatian penuh pada apa yang konsumen sampaikan, untuk kemudian dimengerti maksudnya sehingga bisa memberikan respon yang sesuai dan efisien.5. Komputer dan elektronikSekarang ini, sudah tidak heran lagi jika setiap perusahaan membutuhkan karyawan yang dapat mengoprasikan komputer serta barang elektronik lainnya yang dapat mendukung pekerjaan. Dunia teknologi yang makin berkembang pesat sehingga memudahkan pekerjaan, meminimalisir adanya perbedaan jarak dan waktu, juga menuntut agar sumber daya manusianya semakin cerdik dan cermat.6. Sistem operasiKeahlian dibidang komputer dan elektronik akan semakin terdukung apabila karyawan sudah mengerti dasar-dasar sistem operasi yang biasa digunakan di dunia hospitality. Sistem operasi sengaja dibuat untuk memudahkan karyawannya sendiri dalam memfilingdata dan informasi yang berkaitan dengan hotel.7. Sales dan marketingSebagai karyawan hotel, kita dituntut untuk dapat membujuk dan merayu tamu. Teknikupselling kamar, serta membuat promo-promo menarik bagi tamu akan menambah nilai penjualan hotel.Namun hal-hal diatas tidak menjadi nilai plus bagi seorang jobseeker jika tidak diimbangi dengan kepribadian dan karakteristik yang baik. Banyak hal yang dapat dipelajari oleh seseorang di badan pendidikan formal, namun karakter dan kepribadian merupakan hal dalam diri kita yang terbentuk berdasarkan pola pikir dan kebiasaan kita sehari-hari dalam merespon suatu kejadian di lingkungan sekitar kita.
Selama tahun 2014 banyak pihak yang dulunya skeptik bahwa industri pariwisata dan perhotelan di indonesia akan tetap stabil mengingat Indonesia memiliki agenda nasional seperti Pileg dan Pilpres. Beberapa pihak sempat mengkhawatirkan adanya issue keamanan yang akan berdampak pada stabilitas industri pariwisata dan perhotelan namun ternyata prediksi tersebut meleset karena terbukti secara keseluruhan Indonesia berada dalam keadaan aman sehingga industri pariwisata dan perhotelan tetap stabil, beberapa bahkan memprediksi bahwa iklim investasi di industri pariwisata dan perhotelan untuk tahun depan akan lebih baik dari tahun ini.
Rabu, 21 September 2016
PRINSIP HOSPITALITY ADALAH KUNCI UTAMA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN TERHADAP TAMU
Perkembangan industri perhotelan semakin pesat di Indonesia. Bukan hanya karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cukup banyak destinasi wisata yang menarik, namun juga karena kerja sama Indonesia dengan investor-investor dari luar yang tertarik untuk menanamkan modal/saham mereka dengan tujuan yang sama yaitu saling menguntungkan kedua belah pihak. Hal inilah yang mendorong industri perhotelan Indonesia yang terus berkembang. Mulai dari akomodasi sederhana seperti : villa, cottage, resort, hotel biasa hingga hotel berbintang.
Namun sayangnya, semakin tinggi tingkatan/level suatu hotel tidak menjamin kualitas pelayanan dari hotel itu sendiri. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus yang terjadi di hotel-hotel ternama. Mulai dari kasus ringan seperti komplain dari tamu terhadap staff hotel hingga kasus yang berhubungan dengan pihak yang berwenang atau kriminalitas.
Salah satunya adalah permasalahan yang baru-baru ini sedang marak diperbincangkan yaitu kasus yang dialami oleh Gilang Lazuardi, tamu yang menginap di Grand Hyatt Nusa Dua Bali, salah satu hotel ternama yang berada di Pulau Bali. Sebagai hotel bintang lima, hotel Grand Hyatt Nusa Dua Bali tidak memberi pelayanan sesuai tarafnya. Pelayanan terhadap tamu buruk dan mengecewakan.
Pada 2 Mei 2016, tamu melakukan check in di hotel Grand Hyatt Nusa Dua. Beliau bersama istri, dua anak yang masih balita (umur 1 dan 2 tahun), dan dua baby sitter memesan satu kamar grand deluxe plus extra bed dan langsung membayar kamar seharga Rp 2 jutaan.
Setelah masuk kamar, tiba-tiba pihak hotel bernama Agus dan Deny menghubungi dan mengatakan bahwa tamu tidak bisa berada dalam kamar ber-enam, maksimal 4 orang. Alasan hotel adalah soal keamanan.
Tamu kemudian menyatakan bahwa mereka ber enam termasuk dua baby sitter dan kedua bayi mereka yang masih berumur 1 dan 2 tahun, jadi masih perlu bantuan 2 baby sitter untuk menjaga kedua bayi mereka dan tidak bisa dipisah kamar karena kehadiran 2 baby sitter sangat diperlukan untuk ikut membantu menjaga dua bayi.
Namun pihak hotel tidak mau menerima alasan kami dan meminta agar kami tetap pisah kamar dengan alasan keamanan. Pihak hotel tidak mau menerima alasan bahwa kehadiran 2 baby sitter sangat perlu di kamar kami, tidak bisa baby sitter berada di kamar lain terpisah dari 2 bayi kami.
Karena merasa tidak nyaman dan untuk menyelesaikan persoalan ini, pihak tamu kemudian mendatangi bagian receptionist hotel dan meminta agar dibuka dua kamar, tapi mereka tetap akan pakai satu kamar saja karena memang tidak bisa dipisah kamarnya. Namun pihak hotel tetap tidak memperbolehkan dan pihak manager security sempat menawarkan kamar yang connecting door.
Karena tidak menemukan solusi, Tamu sempat marah dan merekam kejadian tersebut dengan ancaman akan menyebarkan masalah tersebut secara online agar diketahui oleh publik. Kejadian semakin memanas saat tamu dipertemukan dengan security dan meminta GM (General Manager) untuk turut menyelesaikan kasus ini. Walaupun pada akhirnya tamu memutuskan tidak jadi menginap di hotel Grand Hyatt Nusa Dua dan memilih untuk mencari hotel lain meski sudah membayar kamar dan sudah terlanjur kecewa. Pihak hotel mengaku akan mengembalikan uang pembayaran kamar tapi sampai kini belum direfund.
"Saya kecewa dengan pelayanan hotel Grand Hyatt Nusa Dua. Saya merasa "diusir" dari hotel. Sebagai hotel bintang lima seharusnya hotel ini bisa memberi solusi yang manusiawi terhadap saya dan keluarga kecil saya. Bukan aturan yang kaku tanpa memperhatikan kondisi saya dan keluarga kecil saya. Semoga tidak terjadi lagi pada tamu yang lain" Ungkap Gilang, tamu yang menginap di Hotel Grand Hyatt, Bali.
Berikut adalah cuplikan video dari kasus Grand Hyatt yang sempat direkam oleh tamu saat melakukan komplain atas ketidaknyamanan yang dirasakan.
Pada 2 Mei 2016, tamu melakukan check in di hotel Grand Hyatt Nusa Dua. Beliau bersama istri, dua anak yang masih balita (umur 1 dan 2 tahun), dan dua baby sitter memesan satu kamar grand deluxe plus extra bed dan langsung membayar kamar seharga Rp 2 jutaan.
Setelah masuk kamar, tiba-tiba pihak hotel bernama Agus dan Deny menghubungi dan mengatakan bahwa tamu tidak bisa berada dalam kamar ber-enam, maksimal 4 orang. Alasan hotel adalah soal keamanan.
Tamu kemudian menyatakan bahwa mereka ber enam termasuk dua baby sitter dan kedua bayi mereka yang masih berumur 1 dan 2 tahun, jadi masih perlu bantuan 2 baby sitter untuk menjaga kedua bayi mereka dan tidak bisa dipisah kamar karena kehadiran 2 baby sitter sangat diperlukan untuk ikut membantu menjaga dua bayi.
Namun pihak hotel tidak mau menerima alasan kami dan meminta agar kami tetap pisah kamar dengan alasan keamanan. Pihak hotel tidak mau menerima alasan bahwa kehadiran 2 baby sitter sangat perlu di kamar kami, tidak bisa baby sitter berada di kamar lain terpisah dari 2 bayi kami.
Karena merasa tidak nyaman dan untuk menyelesaikan persoalan ini, pihak tamu kemudian mendatangi bagian receptionist hotel dan meminta agar dibuka dua kamar, tapi mereka tetap akan pakai satu kamar saja karena memang tidak bisa dipisah kamarnya. Namun pihak hotel tetap tidak memperbolehkan dan pihak manager security sempat menawarkan kamar yang connecting door.
Karena tidak menemukan solusi, Tamu sempat marah dan merekam kejadian tersebut dengan ancaman akan menyebarkan masalah tersebut secara online agar diketahui oleh publik. Kejadian semakin memanas saat tamu dipertemukan dengan security dan meminta GM (General Manager) untuk turut menyelesaikan kasus ini. Walaupun pada akhirnya tamu memutuskan tidak jadi menginap di hotel Grand Hyatt Nusa Dua dan memilih untuk mencari hotel lain meski sudah membayar kamar dan sudah terlanjur kecewa. Pihak hotel mengaku akan mengembalikan uang pembayaran kamar tapi sampai kini belum direfund.
"Saya kecewa dengan pelayanan hotel Grand Hyatt Nusa Dua. Saya merasa "diusir" dari hotel. Sebagai hotel bintang lima seharusnya hotel ini bisa memberi solusi yang manusiawi terhadap saya dan keluarga kecil saya. Bukan aturan yang kaku tanpa memperhatikan kondisi saya dan keluarga kecil saya. Semoga tidak terjadi lagi pada tamu yang lain" Ungkap Gilang, tamu yang menginap di Hotel Grand Hyatt, Bali.
Berikut adalah cuplikan video dari kasus Grand Hyatt yang sempat direkam oleh tamu saat melakukan komplain atas ketidaknyamanan yang dirasakan.
Dari berita di atas, banyak netizen yang berpihak pada hotel. Mereka menganggap bahwa pihak hotel tidak salah dalam menjalankan prosedur tersebut. Justru pihak tamulah yang kurang jeli dan tidak menjalankan peraturan yang tertera. Mereka juga menilai bahwa sikap tamu yang merekam kejadian tersebut dan mengunggahnya di media sosial adalah kesalahan besar dan hanya menimbulkan kontroversi dan pencemaran nama baik hotel. Namun tidak sedikit juga netizen yang berpihak pada tamu. Mereka menganggap bahwa cara staff hotel memperlakukan tamu yang kurang baik serta tidak ramah sehingga menimbulkan emosi dari tamu walaupun pihak hotel hanya menjalankan prosedur yang berlaku. Seperti dua staff hotel yang 'mengusir' dan mengganggu waktu istirahat si tamu. Dari kedua opini di atas menimbulkan pro dan kontra terhadap masing-masing pihak.
Menurut saya, dalam kasus ini sebenarnya kedua pihak tidak dapat disalahkan maupun dibenarkan. Karena masing-masing memiliki kesalahan. Sebelum kita meninjau lebih, kita harus ingat kembali bahwa "pembeli adalah raja". Maka dalam hal ini, tamu adalah raja. Di mana staff hotel adalah pelayan yang harus memuaskan sang raja. Sehingga walaupun tamu komplain dan melakukan kesalahan. Sebagai staff kita tetap harus menjalankan prosedur yang berlaku dengan tanpa mengecewakan tamu terhadap pelayanan yang diberikan. Sebagai insan pariwisata, kita tetap harus menjalankan tugas berdasarkan pada prinsip hospitality. Di mana kita dituntut untuk bersikap ramah-tamah, sehingga dapat menambah kepuasan tamu terhadap pelayanan yang kita berikan karena sesungguhnya pelayanan itulah yang merupakan salah satu hal yang paling dicari dalam industri hospitaity.
sebagai insan pariwisata, kita dituntut untuk selalu menjalankan tugas berdasrkan pada prinsip hospitality
Rabu, 07 September 2016
Berbicara tentang hospitality, Indonesia merupakan salah satu negara dengan perkembangan pariwisata yang cukup pesat. Hal ini terbukti dari objek wisatanya yang cukup banyak baik yang berupa kenampakan alam seperti; sungai, gunung, danau, laut dll, maupun buatan seperti; candi, waduk, cagar alam, dan suaka margasatwa.
Seiring dengan perkembangan pariwisata di Indonesia, maka hal terserbut tidak terlepas dengan perkembangan perusahaan akomodasi di Indonesia seperti hotel, motel, dan tempat penginapan lainnya. Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum dan dikelola secara komersil. Seiring dengan berkembangnya industri perhotelan di Indonesia, maka kebutuhan terhadap tenaga kerja di bidang hospitality juga ikut meningkat. Oleh sebab itu, Hospitality merupakan salah satu bidang yang cukup menjanjikan di Indonesia.
Namun seiring dengan perkembangan perhotelan di Indonesia, hal tersebut juga diikuti oleh perkembangan kriminalitas yang dilakukan di hotel seperti peredaran narkoba yang dilakukan hampir di seluruh hotel yang ada di Indonesia. Seperti kejadian peredaran narkoba yang baru-baru ini terjadi di salah satu hotel yang ada di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Petugas BNN melakukan penggerebekan di hotel tersebut pada 4/8/2016. Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso memimpin langsung penggerebakan ini. Dari hasil penggerebekan itu ditemukan 30 bungkus yang diperkirakan 1 bungkusnya berisi 1 kilogram sabu-sabu. Menurut Komjen Buwas, temuan kali ini membuktikan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang sangat rawan peredaran narkoba.
"DKI daerah rawan (peredaran narkoba). Dalam satu bulan ini tak kurang dari 270 kg narkoba berhasil kita bongkar. Jakarta merupakan pasar terbesar narkoba," kata Buwas kepada wartawan di Hotel Orchardz, Gunung Sahari, Kamis (4/8/2016). Petugas mengamankan 5 orang dalam kasus ini. Dua di antara yang diamankan diduga berasal dari Serawak, Malaysia. Adapun tiga sisanya berasal dari Aceh.
Narasumber : http://news.detik.com/berita/3268802/penggerebekan-di-gunung-sahari-bnn-sita-30-kg-sabu-dari-kamar-hotel
Sebenarnya kasus di atas adalah salah satu dari sekian banyaknya kasus serupa yang terjadi hampir di seluruh hotel yang ada di Indonesia. Akibat yang ditimbulkan secara tidak langsung adalah nama baik hotel tersebut akan tercemar yang otomatis akan berdampak terhadap pendapatan hotel tersebut.
Mengapa hal yang serupa sering terjadi? Menurut saya salah satu faktor utama yang dapat memicu terjadinya kasus di atas adalah karena kurang maksimalnya pelayanan keamanan yang disediakan oleh pihak hotel. Seperti petugas keamanan/security yang lalai dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur hotel.
Menurut saya tingkat keamanan dalam sebuah hotel merupakan salah satu hal yang menunjang perkembangan hotel tersebut. Karena semakin tinggi tingkat keamanan suatu hotel maka akan meningkatkan tingkat kepercayaan para tamu. Oleh karena itu keamanan dari suatu hotel harus lebih ditingkatkan seperti pemeriksaan barang-barang tamu yang dilakukan lebih ketat sebelum tamu mulai masuk ke dalam hotel. Sebagai petugas keamanan harusnya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Bukan hanya kasus seperti narkoba, kasus seperti pengeboman juga dapat dicegah sehingga tidak hanya dapat meningkatkan reputasi hotel, namun juga dapat menyelamatkan banyak jiwa.
Seiring dengan perkembangan pariwisata di Indonesia, maka hal terserbut tidak terlepas dengan perkembangan perusahaan akomodasi di Indonesia seperti hotel, motel, dan tempat penginapan lainnya. Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum dan dikelola secara komersil. Seiring dengan berkembangnya industri perhotelan di Indonesia, maka kebutuhan terhadap tenaga kerja di bidang hospitality juga ikut meningkat. Oleh sebab itu, Hospitality merupakan salah satu bidang yang cukup menjanjikan di Indonesia.
Namun seiring dengan perkembangan perhotelan di Indonesia, hal tersebut juga diikuti oleh perkembangan kriminalitas yang dilakukan di hotel seperti peredaran narkoba yang dilakukan hampir di seluruh hotel yang ada di Indonesia. Seperti kejadian peredaran narkoba yang baru-baru ini terjadi di salah satu hotel yang ada di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Petugas BNN melakukan penggerebekan di hotel tersebut pada 4/8/2016. Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso memimpin langsung penggerebakan ini. Dari hasil penggerebekan itu ditemukan 30 bungkus yang diperkirakan 1 bungkusnya berisi 1 kilogram sabu-sabu. Menurut Komjen Buwas, temuan kali ini membuktikan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang sangat rawan peredaran narkoba.
"DKI daerah rawan (peredaran narkoba). Dalam satu bulan ini tak kurang dari 270 kg narkoba berhasil kita bongkar. Jakarta merupakan pasar terbesar narkoba," kata Buwas kepada wartawan di Hotel Orchardz, Gunung Sahari, Kamis (4/8/2016). Petugas mengamankan 5 orang dalam kasus ini. Dua di antara yang diamankan diduga berasal dari Serawak, Malaysia. Adapun tiga sisanya berasal dari Aceh.
Sebenarnya kasus di atas adalah salah satu dari sekian banyaknya kasus serupa yang terjadi hampir di seluruh hotel yang ada di Indonesia. Akibat yang ditimbulkan secara tidak langsung adalah nama baik hotel tersebut akan tercemar yang otomatis akan berdampak terhadap pendapatan hotel tersebut.
Mengapa hal yang serupa sering terjadi? Menurut saya salah satu faktor utama yang dapat memicu terjadinya kasus di atas adalah karena kurang maksimalnya pelayanan keamanan yang disediakan oleh pihak hotel. Seperti petugas keamanan/security yang lalai dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur hotel.
Menurut saya tingkat keamanan dalam sebuah hotel merupakan salah satu hal yang menunjang perkembangan hotel tersebut. Karena semakin tinggi tingkat keamanan suatu hotel maka akan meningkatkan tingkat kepercayaan para tamu. Oleh karena itu keamanan dari suatu hotel harus lebih ditingkatkan seperti pemeriksaan barang-barang tamu yang dilakukan lebih ketat sebelum tamu mulai masuk ke dalam hotel. Sebagai petugas keamanan harusnya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Bukan hanya kasus seperti narkoba, kasus seperti pengeboman juga dapat dicegah sehingga tidak hanya dapat meningkatkan reputasi hotel, namun juga dapat menyelamatkan banyak jiwa.
Langganan:
Postingan (Atom)